[Review] Mata Hari - Paulo Coelho

Title of Book: Mata Hari
Author: Paulo Coelho
Publisher: Gramedia Pustaka Utama
Publication Year: 2016
Language: Bahasa Indonesia
Format: paperback
Pages: 192



Dalam novel terbarunya ini, Paulo Coelho, penulis buku terlaris Sang Alkemis, menghidupkan kembali cerita tentang salah satu wanita paling misterius dalam sejarah: Mata Hari.
Ketika tiba di Paris, Mata Hari tidak memiliki uang sepeser pun, tetapi dalam beberapa bulan saja dia telah menjadi wanita paling terkenal di kota itu. Sebagai penari, dia membuat para penontonnya syok dan berdebar-debar; sebagai wanita penghibur, daya tariknya membius pria-pria paling kaya dan berkuasa pada zaman itu.
Tetapi ketika perang melanda, paranoia menyelimuti seantero negeri. Gaya hidup Mata Hari membuat dia dicurigai. Pada tahun 1917, dia ditangkap di kamar hotelnya di Champs Elysees dan dituduh melakukan kegiatan mata-mata.
Disampaikan dalam suara Mata Hari melalui surat terakhirnya, novel Mata Hari merupakan kisah tak terlupakan tentang wanita yang berani melawan arus pada zamannya dan mesti membayar mahal untuk semua itu.



For those who don’t know, Mata Hari is an exotic dancer and courtesan who’s convicted as a German spy and executed in France. Mata Hari terkenal sebagai wanita yang berani melawan kebiasaan di zamannya. Satu kutipan dari buku ini yang menurut saya paling sesuai menggambarkan Mata Hari adalah “Kejahatanku yang terbesar adalah menjadi wanita yang bebas dan mandiri di dunia yang diperintah oleh kaum pria.

Saya mendapatkan buku ini dari hasil swap dengan teman. Jujur, kalau bukan karena swap, saya mungkin nggak akan terpikir untuk baca buku ini, walaupun Paulo Coelho termasuk salah satu penulis populer. Saya kurang suka dengan gaya penulisan Paulo Coelho setelah dulu coba mencicipi The Alchemist. Granted, waktu saya membaca The Alchemist saya masih belum membaca buku sebanyak sekarang. Pikiran saya mungkin belum sedewasa dan seterbuka sekarang, jadi waktu membaca The Alchemist rasanya bosan setengah mati. Tetapi setelah itu entah kenapa saya terintimidasi untuk mencoba membaca karya Coelho lagi. Untungnya, subjek buku ini adalah Mata Hari, a subject that I’m actually interested in.

Di buku ini, Coelho menceritakan awal mula penyebab Mata Hari atau Margaretha Zelle menjadi penari hingga menjadi mata-mata. Di usia muda, Margaretha menikahi seorang perwira Belanda bernama Rudolf MacLeod. Karena pekerjaan suaminya, ia pindah dari Belanda dan tinggal di Indonesia selama beberapa tahun. Merasa tidak bahagia dengan pernikahannya, Margaretha bertekad untuk pindah ke Paris dan hidup sebagai wanita independen di sana. Berhubung rencana awalnya belajar untuk menjadi guru tidak berjalan lancar, ia terinspirasi oleh pengalamannya hidup di Indonesia dan memutuskan untuk menjadi penari. Margaretha pun memilih untuk menggunakan nama panggung Mata Hari. Sebagai penari eksotis, selain terkenal karena kecantikannya, Mata Hari juga terkenal berani dan flirtatious dalam pertunjukkannya. Ketika Perang Dunia I mulai, menggunakan koneksinya, Mata Hari bekerja sebagai agen ganda untuk Jerman dan Perancis. Sayangnya, hal itulah yang menyebabkan dirinya ditangkap dan diadili hukuman mati. Walaupun nyatanya peran Mata Hari sebagai agen ganda tidaklah begitu signifikan.

Gambaran seorang penari eksotis yang juga bekerja sebagai agen ganda terdengar tangguh dan memberi kesan karakter Mata Hari sebagai seorang femme fatale. Namun kenyataannya setelah membaca buku ini, image Mata Hari di mata saya berubah sama sekali. She’s just a girl trying to get by in the world. Dulunya, saya pikir Mata Hari itu sosok yang badass dan inspiring karena keinginannya untuk menjadi bebas dan mandiri. Padahal di masa hidupnya dulu, dunia tidak seramah sekarang terhadap wanita independen. Tetapi berdasarkan yang saya baca di buku ini, Mata Hari malah terkesan sebagai wanita manipulatif yang tamak. Ia menjadi agen ganda karena tergiur oleh bayaran yang ditawarkan. Ia mengira ia dapat mempermainkan kedua belah pihak. Rencananya berbalik dan malah ia menjadi kambing hitam bagi Perancis. Saya yakin Mata Hari adalah orang yang lebih kompleks dari apa yang diceritakan di buku ini. Coelho sendiri menyatakan bahwa hanya bagian yang menurutnya relevan saja yang dicantumkan di buku ini. Paling tidak, buku ini cukup memberi gambaran umum tentang sosok Mata Hari.

Walaupun buku ini ditulis berdasarkan kisah nyata, saya rasa buku ini lebih cocok masuk ke dalam genre historical fiction. Hal tersebut dikarenakan dialog dan beberapa detil kejadian yang ada di buku ini adalah interpretasi Coelho yang disesuaikan dengan maksud cerita Coelho. Sayangnya, justru bagian-bagian tersebut yang saya kurang suka. Mengingat bahwa buku ini berdasarkan kisah nyata, beberapa bagian terkesan terlalu dramatis dan sangat tidak realistis. Contoh mudah adalah dialog percakapan antara Mata Hari dan beberapa temannya yang menggunakan bahasa yang terlalu berbunga-bunga. Bahkan seringkali saya jadi lupa apa yang awalnya mereka bicarakan karena kalimat yang digunakan berbelit-belit dan nggak jelas ke mana arahnya. It’s like they’re trying too hard to sound wise. Sure, if it happens in a character’s inner monologue, I can accept that. But in a conversation with another person? Nobody talks like that in real life.

In conclusion, Mata Hari was … okay. Dengan mengabaikan bagian dramatis dan dialog yang cringeworthy, subjek buku ini menurut saya menarik. Gaya penulisannya sepertinya memang bukan selera saya, jadi saya masih nggak berminat untuk baca buku Coelho yang lain. Kalau kamu tertarik dengan kisah Mata Hari, buku ini bisa dicoba sebagai permulaan. Lagipula, buku ini tidak terlalu tebal. Tapi kalau kamu nggak biasa baca buku Paulo Coelho dan kurang berminat dengan kisah Mata Hari, kurang disarankan untuk membaca buku ini.


No comments :

Post a Comment