[Review] Dark Flame - Alyson Noel

Title of Book: Dark Flame
Series: The Immortals #4
Author: Alyson Noel
Publisher: Mizan Fantasy
Publication Year: 2011
Language: Bahasa Indonesia
Translator: Nuraini Mastura
Format: Paperback
Pages: 396


Ever rela melakukan apa pun demi menyelamatkan Damen, cinta sejatinya, dari kutukan akibat ramuan yang diminumnya. Mulai dari memanfaatkan sahabatnya sendiri, Haven, sampai mempelajari ilmu sihir. Namun, ketika Ever mempraktikkannya, sihir itu justru berbalik menyerangnya. Karena panik dan putus asa, dia meminta bantuan pada Jude, pria yang selama ratusan tahun selalu mengejar dan berusaha mendapatkan cintanya.
Kerumitan bertambah saat Damen mengetahuinya. Dia merasa cemburu, marah, serta kecewa terhadap Ever. Sementara itu, Ever yang semakin larut dalam ilmu sihir tanpa sadar malah berisiko mencelakakan Damen.


*spoiler alert*

Dark Flame adalah buku keempat di seri immortal karya Alyson Noel. Dari buku sebelumnya, kita tahu bahwa Ever memutuskan untuk menyelamatkan Haven yang mengakibatkan Haven berubah menjadi immortal. Ever pun mengajarkan dasar-dasar menjadi immortal kepada Haven dengan menutupi beberapa informasi penting. Reaksi Haven ternyata tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh Ever. Haven malah berbalik dan bergabung dengan Roman. Kekurangan satu sahabat bukan hanya satu-satunya masalah Ever. Ia masih harus mencari penawar untuk ketidakmampuannya bersentuhan dengan Damen. Ever mencoba berbagai macam cara termasuk dengan menggunakan sihir. Ketika ritual sihir yang dilakukannya malah membuat ia tertarik dengan Ramon, Ever mulai putus asa dan meminta bantuan pada Jude. Ever kemudian mengungkap berbagai rahasia penting tentang immortal dan segala masalah yang telah menimpanya.
Saya sudah kebal terhadap kesoktahuan dan ketidakmampuan Ever untuk menilai orang sejak buku ketiga. Orang lain mungkin bakal mengira Ever ini karakter yang nggak pinter dan menjengkelkan karena kecenderungannya untuk percaya pada orang yang salah. Nyebelin, tapi ada orang seperti itu. Oke, saya sudah nggak memperdulikan Ever. Masalahnya, beberapa karakter mulai muncul sifat aslinya yang ternyata lebih nyebelin dari Ever. Haven misalnya. Keras kepalanya minta ampun, sama sekali nggak mau mendengarkan keseluruhan cerita dari sisi lain dan cepat sekali menghakimi sesuatu. Ada memang orang seperti itu, tapi bukan berarti itu menyenangkan untuk dibaca. Yang lebih menjengkelkan, dia membenarkan tingkahnya karena menganggap selama ini selalu menjadi nomor dua. Karena itu, dia merasa bahwa sekarang memang waktunya the world revolves around her. Her and her only. Akibatnya, kesalahpahaman dimana-mana. Ever bertengkar hebat dengan Haven. Yang kalau menurut saya ya, persahabatan mereka nggak layak untuk diperjuangkan. Haven benar-benar bagaikan kacang lupa kulit. Oh boy, whatever Haven. Do as you like.
Sebaliknya Ever, saya merasa akhirnya ada perkembangan di karakter Ever (Thank God). Walaupun baru terjadi di beberapa bab terakhir, dan cukup terlambat sehingga ia sempat mempercayakan sesuatu pada orang yang salah (lagi). At least ada kemajuan ya Ever. Di buku ini juga ditekankan lagi tentang teori cakra dan kelemahan immortal yang sedikit banyak membuat saya memaklumi kelemahan Ever. Tiap immortal pasti punya satu titik cakra yang menjadi kelemahan immortal tersebut. Titik inilah yang harus dituju untuk melemahkan immortal tersebut. Ever sendiri, memiliki kelemahan pada titik yang menjadi pusat kebijaksanaan. Hal tersebut cukup menjelaskan kesalahan-kesalahan Ever selama ini. Yang menurut saya cukup masuk akal. Info tentang cakra ini sebenarnya sudah pernah dijelaskan di buku-buku sebelumnya. Tapi saya baru benar-benar ngeh di buku ini. Mungkin, kelemahan ini menjadi semacam penyeimbang segala ‘kesempurnaan’ immortal. Karena memang tidak ada yang sempurna. Jadi untuk membalas segala kelebihan immortal, kelemahan ini dibuat nggak tanggung-tanggung. Tapi saya malah jadi kepikiran, seandainya immortal-immortal ini bisa belajar memperbaiki diri. Apa itu berarti mereka jadi nggak punya titik lemah? Hmm. Dark Flame menurut saya peningkatan dari buku sebelumnya. Belum lagi penutup buku ini yang buat saya gregetan. Saya memberi buku ini tiga setengah dari lima. Saya tetap akan melanjutkan membaca buku kelima dari seri ini.


No comments :

Post a Comment