[Review] Ford County - John Grisham

Title of Book:  Ford County
Author:  John Grisham
Publisher:  PT Gramedia Pustaka Utama

Dalam kumpulan cerita pendek pertamanya ini, John Grisham membawa kita kembali ke Ford County, Missisippi, yang menjadi latar dari novel pertamanya, A Time to Kill.
Menampilkan karakter-karakter yang unik, dalam tujuh cerita yang menarik, kisah-kisah dalam buku ini mampu menghidupkan Ford County secara nyata dan berwarna. Lucu, menggetarkan hati, dan menghibur. Kumpulan cerita ini menunjukkan mengapa John Grisham disebut sebagai penulis paling populer.


                Saya termasuk salah satu penggemar tulisan John Grisham. Mayoritas buku Beliau yang saya baca sih tebal dan dipenuhi oleh adegan persidangan atau aksi kejar-kejaran antar pihak yang bertikai *kecuali Skipping Christmas dan A Painted House*. Jadi, saya agak penasaran dengan kumpulan cerita pendek ini.
                Ford County terdiri dari tujuh cerpen. Masing-masing cerpen memiliki daya tarik sendiri-sendiri. Buku ini dibuka dengan cerpen yang berjudul “Perjalanan Berdarah”. Pertama membaca buku ini, menurut saya sebagai pembuka cerpen ini kurang kuat dan tidak meninggalkan kesan pada saya. Berkisah mengenai tiga pemuda asal Ford County yang pergi ke Memphis untuk menyelamatkan pemuda yang bernama Bailey. Namun bukannya menyelamatkan malah mereka yang akhirnya harus diselamatkan. Cerpen selanjutnya berjudul “Menjemput Raymond”. Raymond adalah narapidana yang akan menjalani hukuman mati. Ibu dan saudara-saudara Raymond mencoba untuk mengikhlaskan Raymond, namun dia sendiri masih bersikeras bahwa dia dapat lolos dari hukuman tersebut. Saya mulai mendapat feel buku ini di sini. Raymond seakan sulit menerima kenyataan dan terus meyakinkan ibunya bahwa dia dapat lolos. Sedangkan ibunya hanya mengiyakan sambil mencoba mengikhlaskan anaknya dalam hati :’(
                Cerpen selanjutnya, yaitu “Arsip Bau Busuk” mulai menampakkan ciri khas John Grisham. Cerpen ini menceritakan kisah seorang pengacara yang mengalami perubahan arah hidup setelah menerima satu panggilan telepon. Kemudian ada cerpen berjudul “kasino” yang mengisahkan seorang pria yang ditinggal istrinya. Ia mendapati istrinya menjadi wanita simpanan seorang pemilik kasino. Pria tersebut kemudian membalas dendam dengan berjudi dan menguras habis uang di kasino tersebut. Diikuti dengan cerpen “Kamar Michael”. Serupa dengan cerpen sebelumnya, Kamar Michael bertemakan balas dendam. Michael adalah anak dengan keadaan sekarat korban malpraktek. Keluarga Michael sudah mencoba menggugat dokter yang menangani Michael akan tetapi kalah di persidangan. Beberapa tahun kemudian ayah Michael membalas dendam dengan menculik pengacara sang dokter dan mengadakan pengadilannya sendiri. Lalu ada cerpen “Quiet Haven”. Quiet Haven sendiri adalah nama sebuah tempat peristirahatan bagi para lanjut usia, atau biasa disebut sebagai panti jompo. Gilbert Griffin adalah tokoh utama pada cerpen ini (Well, I’m not really sure if it’s his real name but at least that’s his name when he was applying for a job in Quiet Haven). Gilbert bekerja berpindah-pindah dari satu panti jompo ke panti jompo lainnya sebagai caretaker. Yang menarik dari cerpen ini yaitu Gilbert berpindah-pindah karena ketika bekerja, ia juga menyelidiki tempatnya bekerja dan mencari kesalahan-kesalahan di panti tersebut. Setelah ditemukan kesalahan, ia akan menggugat panti melalui keluarga dari pasien yang dirawat di situ.
               Cerpen terakhir adalah cerpen favorit saya, yaitu “Anak yang Aneh”. Mengambil setting di Ford County tahun 80-an. Adrian Keane adalah pemuda kulit putih gay dan mengidap AIDS. Saat itu gay masih dianggap sangat aneh. Apalagi pengidap AIDS. Adrian terpaksa dikucilkan oleh keluarganya dan tinggal di pinggiran kota bersama seorang perawan tua kulit hitam bernama Emporia. Seiring waktu Emporia pun ikut dikucilkan oleh lingkungan dan akhirnya membuka rahasia hidupnya kepada Adrian.
                Pertama membaca buku ini saya merasa bosan. Cerpen pembuka tidak semenantang tulisan Grisham lainnya, tetapi semakin kebelakang, cerita semakin seru dan akhirnya ditutup dengan cerita sedih tentang Adrian Keane. Saya pun akhirnya memaafkan kekurangan dari cerpen “Perjalanan Berdarah”. Haha. Overall I like this book. This book is enjoyable to read.  


No comments :

Post a Comment