[Review] Death on the Nile - Agatha Christie Review

Title of Book:  Death on the Nile (Pembunuhan di Sungai Nil)
Author:  Agatha Christie
Publisher:  PT Gramedia Pustaka Utama

Gadis itu terbaring miring. Posisinya wajar dan tenang. Tapi di atas telinganya ada lubang kecil dengan bekas darah kering di sekelilingnya. Kemudian pandangan Poirot tertuju pada dinding putih di depannya dan ia menarik napas dalam-dalam. Dinding putih bersih itu dikotori huruf "J" berwarna merah kecokelat-cokelatan yang ditulis dengan gemetar. Poirot membungkuk di atas mayat gadis itu dan dengan hati-hati mengangkat tangan kanan si gadis. Salah satu jarinya bernoda merah kecokelatan....

                Agatha Christie adalah salah satu penulis genre criminal favorit saya. Saya mulai membaca buku-buku beliau sejak SMA. Buku yang ditulis oleh beliau sudah banyak dan terkadang dengan judul yang hampir sama apalagi versi terjemahannya. Oleh karena itu saya merasa sedikit dejavu ketika membaca novel ini. Sepertinya saya sudah pernah membaca buku ini ketika SMA –a (dulu SMA nggak punya akun goodreads untuk keeping tracks of what I’ve read). Jadi ceritanya agak ketebak sih. Tapi, walaupun sudah pernah baca, tetep surprising kok. Khas Agatha Christie, beliau selalu memperhatikan setiap detil kecil di cerita. Nah, detil itulah yang seringkali saya lewatkan. Padahal, detil tersebut menunjang inti kasus.
                Menurut saya, alur buku ini agak lambat di awal dan sedikit tergesa-gesa di akhir. Sudah sampai setengah isi buku, cerita masih adem ayem. Begitu ada satu pembunuhan, langsung muncul rentetan kejadian yang terkesan kejar tayang.  Jadi sedikit bosan di awal, harus sedikit sabar. Hehe. Selayaknya buku-buku Agatha Christie, beliau memaparkan setiap detil dan petunjuk dari kasus kepada pembaca. Seolah-seolah beliau mengajak kita, para pembaca, untuk menemani investigasi sang detektif. Sebenarnya, kalau kita teliti, kita bisa lho memecahkan kasus ini. Kata-kata yang keluar dari mulut saya ketika membaca konklusi cerita adalah ‘Oh iya ya, di bab sebelumnya kan ada’. Nah! Asal teliti aja sih.
                Satu lagi yang menarik perhatian saya adalah romansa pada buku ini. Err .. gimana ya, khas jaman dulu banget. Inti dari cerita sebenarnya skandal percintaan yang berujung pembunuhan (astaga). Saya nggak sanggup njelasin disini, baca sendiri aja deh.
Oh iya, di sini, monsieur Poirot nggak beraksi sendirian. Ada Colonel Race yang menemani (dengan tambahan masalahnya sendiri). Di kasus ini, ada banyak permasalahan tambahan yang mengaburkan kebenaran dari masalah utama. Permasalahan tambahan tersebut baru bermunculan sejak pembunuhan pertama terjadi. Seperti efek domino sebenarnya, karena pembunuhan pertama tambahan-tambahan tersebut baru bermunculan. Tapi bikin gemes, karena Poirot harus menyelesaikan tambahan-tambahan kecil terlebih dahulu untuk menyelesaikan kasus utama, saya jadi ber-“haduh kelamaan, jadi kapan pembunuh utamanya terungkap?”. Mungkin karena setengah awal cerita dihabiskan dengan tenang-tenang saja ya, jadi bikin tidak sabaran.


No comments :

Post a Comment